Pertemuan pertama dengan si-dia
Sebenarnya kisah ini akan bersifat sensitif dan pribadi sekali, namun jika ada
kesamaan tokoh ataupun cerita hingga membuat anda merasa tersindir, saya
sebagai penulis tidak bertanggung jawab apapun, karena saya hanya menulis apa
yang saya rasakan dan alami.
Pada tema tulisan ini saya akan membagi kisah mengenai pertemuan pertama saya
dengan si-dia, pacar terakhir yang biasa disebut mantan, sekaligus pertemuan
dengan teman baru dekat saya dimana kini menjadi kekasihnya.
Awal kisah pada 4 oktober 2013, tepatnya hari jumat pukul 8 malam, kamu dan aku
sepakat untuk bertemu disarinah. Akhirnya penantian panjang itupun membuahkan
hasil.
Handphoneku berdering : "halo kamu dimana ? Aku udah sampai nih, aku ke
toilet dulu ya" katamu diujung sana.
"Ok, aku nyusul deh" imbuhku, eh gak lama berselang ternyata kita
berpapasan dijalan, lalu berjabat tangan dan saling tersenyum. Semua berjalan
seperti biasa. Untuk mencairkan suasana aku berinisiatif mengajak makan di Mcd
Sarinah karena dekat dengan travel yang kamu tumpangi, sekaligus ingin
memperkenalkanmu dengan mantanku yang kebetulan ngajak bertemu disana.
Esoknya aku mengajakmu jam 7 malam untuk hadir ke acara konser Java Soulnation
2013 di Senayan dengan penampilan dari Karmin dan Fast East Movement. Kamu suka
sekali lagunya karmin, tidak sia sia aku memberi tahu jadwal line up artist apa
saja yang saat itu, ternyata kamu cukup cerdas untuk mencari tau mengenai
mereka dan lain sebagainya. Kita banyak berbincang mengenai kegiatan sehari -
hari, kebiasaan hingga kesukaan. Esoknya kamu balik ke bandung dan kita mulai
semakin dekat. Hari berganti bulan, kamu pun menanyakan perihal status hubungan
kita. Jujur saja aku bukan tipe instan yang bisa berkenalan lalu akhirnya
memutuskan untuk berpacaran, bagiku hubungan itu sakral, ada beberapa
proses yang kita mesti dilewati. Mungkin cara tiap orang berbeda dalam
berhubungan, ada yang melakukan penilaian pertama pada saat perjumpaan lalu
jika sesuai maka melanjutkan untuk berpacaran, ada juga proses berteman dan
saling mengakrabkan diri terlebih dahulu sebelum yakin kejenjang pacaran.
Waktu itu aku memutuskan untuk berteman tetapi ada ikatan, mungkin saat itu
dikenal dengan istilah HTS (hubungan tanpa status) namun kita berdua mempunyai
beberapa perjanjian yang telah kita sepakati, diantaranya kita bebas dekat
dengan siapapun namun tidak ada kontak fisik maupun psikis lalu tidak ada
kebohongan.
Tepat seminggu setalag pertemuan kami di Jakarta, aku mendaki semeru lalu
berpamitan dengannya. Selama dua hari berjalan melewati bukit dan semak
belukar, akhirnya aku sampai di area ranu kumbolo dimana aku dan beberapa teman
akan mendirikan tenda untuk menginap, karena esok siang aku akan menanjak bukit
cinta. Konon mitosnya jika kamu menanjak bukit cinta di ranu kumbolo tanpa
menoleh sedikit pun kebelakang, maka kamu akan berjodoh dengan pasangan dan
hubungan kalian abadi. Entah karena mitos yang beredar itu pula, beberapa teman
sangat khidmat menaiki bukit tersebut tanpa bicara satu sama lain dan tentunya
kami tidak ada yang menoleh kebelakang satupun, tak terkecuali aku. Lucunya
lagi pada saat menaiki bukit itu tiba - tiba yang terlintas dipikiranku hanya
kamu, iya kamu. Itu yang menjadi salah satu alasanku mengapa cukup yakin ingin
mencoba berpacaran denganmu.
Sepulangnya aku dari gunung Semeru, kemudian kamu minta ijin untuk menghadiri
acara ulang tahun keponakan mantanmu, secara tiba-tiba juga kamu ingin menginap
dirumahnya, perasaanku tidak enak hingga berujung curiga. Namun semua itu
terbukti dengan penghianatan pertamamu akan janji kita berdua. Kamu meminta
maaf akan kesalahanmu dan aku mencoba memaafkanmu, lalu kamu membohongiku lagi
dengan beberapa kedekatan dengan yang lainnya, bodohnya aku yang berkali-kali
dibohongin namun masih saja mau menerima tangis maafmu.
Memang pada saat itu kita berdua belum ada ikatan resmi mengenai hubungan kita
karena aku belum siap, jadi bagaimana menurutmu, apakah aku siap dengan segala
kebohonganmu itu untuk melanjuti hubungan denganmu ?
Aku minta waktu untuk berfikir namun kamu menolak dengan alasan menyayangiku,
jadi apakah begitu mudahnya kata sayang bagimu untuk menyakitiku ? Aku mencari
alasan agar bisa lepas dari rasa sakit itu, aku tidak bisa lagi bersamamu
dengan kondisi LDR (long distance relationship). Namun lemahnya aku yang masih
saja mau mempercayai ucapan manismu, kamu menyuruhku tinggal di Bandung sampai
kamu siap kerja di Jakarta, baiklah aku mengalah selama hampir 10 bulan lamanya
aku tinggal di Bandung, pergi pagi pulang malam Jakarta Bandung hanya demi bisa
bersamu.
111213, aku ingat sekali angka dimana kita resmi berpacaran dimana ada momen
memberi cincin segala, aku merasa memang kamu sosok yang mungkin aku cari untuk
melengkapiku. Akhirnya aku mencoba kembali percaya akan hubungan yang bernama
cinta. Lambat laun hubungan kita semakin harmonis walau ada beberapa kerikil
yang menghiasinya. Setahun berlalu aku menanyakan tentang
progres hubungan kami dan mau kemana arahnya, aku menanyakan kembali mengenai
niatku untuk membawanya tinggal di Jakarta dan membantu mencarikan pekerjaan
untuknya. Hampir dua tahun kami bersama dan dipertengahan tahun aku merasakan
hubungan sudah mulai tidak stabil, baik komunikasi dan kualitas hubungan sudah
tidak sehat, mungkin saja dia ada dalam fase jenuh, mungkin aku tidak sesuai
dengan keinginanya dan banyak kemungkinan lainnya hingga hampir setiap hari ada
saja keributan dan masalah, mulai adu argumen hingga diam karena sudah lelah
bersama.
Akhirnya ulang tahunnya tiba, rencana hati ingin memberikan kejutan malah aku
yang terlebih dahulu mendapatkannya. Masa lalunya hadir kembali, aku cukup
kenal dengan beberapa mantannya dan selama ini masih wajar saja. Namun sejak
mantan pertamanya datang dari Bandung untuk mencoba peruntungan bekerja di
Jakarta, ia sudah mulai semakin berubah. Aku tidak masalah dengan siapapun
selama itu wajar, bahkan aku pun pernah mengenalkan beberapa teman dan mantanku
untuk main bersamanya, namun aku masih bisa membatasi diri, aku masih memberi
jarak antara teman-mantan-ataupun pacar. Kesalahan fatalnya hingga aku
memutuskan hubungan kami ada pada saat mantannya dibawa untuk bermain ke kos,
dan kita bertiga istirahat bersama dengan dia berada ditengah kami berdua. Aku
masih bisa sabar dan mengajaknya berbicara, namun dibalas dengan kebohongan
selanjutnya yang aku sendiri sudah malas untuk menceritakannya.
Selang beberapa bulan kita berpisah dia terus menghubungiku namun aku tidak
merespon, beberapa teman menghubungiju untuk memaafkannya dan rujuk dengannya,
namun aku pada prinsipku, aku tidak mau lagi berada disituasi **sakit untuk
bersama namun lelah untuk bertahan, aku harus membiasakan hatiku-pikiranku yang
kalut akannya dengan seorang diri, tidak mudah memang melalui hari yang biasa
kita lalui bersama.
Akhir tahun 2015, aku menyetujui kata salah satu temanku untuk mencoba bersikap
biasa aja padanya walau susah, aku respon sms nya kemudian berlanjut dengan
komunikasi yang cukup intens, hingga kami sepakat untuk bertemu dan terjalinlah
hubungan yang entah apa namanya.
Jujur saja pada bulan itu aku lagi dekat dengan beberapa orang namun tidak ada
satu pun yang aku jadikan pacar, karena memang aku tidak ada niat untuk
pacaran, menurutmu apakah pantas membiarkan luka lama diobati dengan orang yang
baru ? Menurutku tidak, sebelum berelasi dengan yang baru sepantasnya aku
sembuh terlebih dahulu. Bukan menjadi kewajiban mereka untuk menyembuhi luka
itu dan bukan keharusan pula jika memulai yang baru tanpa kesiapan dan
ketulusan ingin memulai. Namun kamu berbeda, kamu menutupi luka itu dengan
keharusnya adanya orang baru, kamu mengakui bahwa telah berelasi dengan dua
orang sekaligus, satunya di Surabaya dan lainnya di Bandung, bravo ! Bisa dan
tega yah kamu memainkan ikatana dan perasaan orang termasuk aku ? Aku
mengakui sebagai orang brengsek dengan dekat sekaligus beberapa orang, namun
aku selalu jujur dengan mereka semua, tidak ada program PHP, just for have fun
tanpa ikatan, bahkan mereka semua saling mengetahui termasuk kamu.
Ada salah satu teman baru kenal dan dekat denganku, kamu pun tau bukan ? Aku
sering menceritakannya denganmu, apapun itu. Ia meminta bantuanku untuk
mencarikan pacar, kasian juga tipe orang seperti dia, aku merasakannya haus
akan kedekatan-perhatian akan kasih sayang, semua orang memang butuh itu cuma
batas kewajarannya saja yang berbeda. Aku mengenalinya dengan beberapa orang
yang dekat denganku namun tidak ada yang cocok dengannya karena alasan ini dan
itu. Lalu sejak kita pertemuan kita terakhir tepatnya valentine 2016 di ITC,
sambil makan kamu memintaku untuk dikenalkan denganya. Tau apa yang dibenakku ?
Gila, kamu sudah ada yang punya kan, dan alasanmu buat temanan saja belum tentu
pacaran juga kan. Aku pun mengiyakan dengan menanyakan langsung ke temanku itu
sampai akhirnya kalian bertukar kontak sampai akhirnya cukup intens
berkomunikasi, tidak masalah awalnya masih wajar aku baca komunikasi kalian
dihandphonemu. Hingga tibalah saat penghiatan itu, sebenarnya aku tidak masalah
jika kalian ada hubungan, cuma cara kalian bermain dan berbohong dibelakangku
itu tidak beretika. Sejak kenal dengannya kamu sudah jarang sekali
berkomunikasi denganku, aku sms kamu : hubungan kita ini apa ? Jujur,
perasaanmu sebenarnya bagaimana denganku ? Dan jawabanmu : aku gak tau. Sejak
itu aku sadar telah dipermainkan lagi denganmu, apa maksudmu dengan hadir lagi
dihadapanku dengan kata manis penuh sayang dan pengharapan, jika akhirnya untuk
dijatuhkan lagi ?
Aku masih ingat tepatnya tanggal 20 februari 2016, hanya butuh lima hari saja
kalian berkomunikasi, bertemu dan aku melihat langung kalian bersama, aku
melihat dengan jelas kejadian yang seharusnya tidak dilihat dan yang ingin
kalian tutupi, kamu tau ? Perasaanku selalu kuat akan apapun itu, bodohnya saja
aku lebih mementingkan perasaan.
Bodohnya lagi aku masih berkomunikasi
sekaligus dengan kalian berdua, perasaanku kuat mengatakan jika kalian pada
saat itu bersama. Aku tidak bisa istirahat karena terus memikiranmu, kenapa
tidak membalas sms dan mengangkat telponku dan teman-temanku dengan alasan lagi
sakit, padahal komunikasi dengan lainnya bisa, sudah cukuplah drama ini. Tuhan
menguatkanku dengan cara melihat kebohongan kalian langung, aku
kaget-marah-kecewa hingga akhirnya aku memutuskan pergi meninggalkan kalian
berdua, setidaknya subuh itu aku bergegas ke kosmu dari Bogor dengan membawa
kue tart ultah kakekku, 2 box makanan berisi nasi buah dan lauk untukmu yang
ternyata bisa dipergunakan untuk kalian sarapan.
Terima kasih untuk kebohongan kalian berdua, aku semakin yakin tuhan memang
tidak ingin membuang waktuku dengan orang yang tidak pantas untuk dipertahankan
kesetiaanya, dan untuk teman dekat baruku itu aku semakin yakin bahwa
berhati-hati dalam memilih pun bukan hanya soal pasangan tapi juga dengan
teman, kini aku menjadimlribadi baru yang jauh lebih rasional daripada
sebelunnya, pembelajaran ini pengalaman yang cukup berharga untukku, terima
kasih telah mendewasakanku, bahwa hidup tidak melulu tentang pacaran dan cinta,
hidup tidak melulu mengenai teman, tapi hidup adalah keseimbangan dan prioritas
akan kebahagian diri.
