Jumat, 03 Maret 2017

sahabat masa kecil, kini dan nanti

Aku punya teman dekat namanya Adi, rumahnya tepat diseberang rumah nenekku, ya dia teman masa kecilku dan dia juga tetanggaku. Aku lupa dengan jelas nama lengkapnya, aku hanya ingat tentang keluarganya dan adiknya yang bernama Ilham. Kami layaknya seperti bocah pada umumnya, suka berpetualang dengan dunia kami sendiri. Terkadang kami memanjat pohon dikebun tetangga, ada pohon mangga, manggis dan lainnya. Rasanya cukup mudah menemukan bunga dan buah pada waktu itu, beda seperti sekarang. Kami suka bermain dipekarangan yang cukup luas didepan halaman rumah nenekku, rasanya bersama mereka hidupku penuh warna, setidaknya aku bisa melupakan keputus asaan dan kesedihanku tentang hidup. Apalagi Adi selalu menemaniku dimana dan kapan pun, dia selalu nempel bagaikan kutil pada kulit, pada saat itu aku tidak begitu suka berdekatan dengannya bahkan cenderung cuek, aku sering mengajaknya bergulat namun dia selalu saja kalah denganku, lebih tepatnya mengalah untukku. Ya dia selalu mengalah dan mendengarkan segala keluh kesahku dengan senyum dan tampang polosnya. Kami juga suka mandi ke sungai ditemani segeromblan teman, ibu-ibu yang hendak menyuci pakaian atau bapak-bapak yang ingin memancing ikan. Sejak kecil aku cukup kritis, aku berpikir kenapa mereka masih saja melakukan aktifitas itu disungai yang sudah berpolusi ? kebetulan wilayah kami diapit oleh beberapa pabrik yang terkadang sering membuang limbahnya disungai, wilayah kami yang asri itu kini mulai kotor.

Semua berubah sejak tanteku membeli lahan perkebunan untuk dioperasikan sebagai usaha kelapa sawit didaerah Besitang. Nenekku merekomendasi kedua orang tuanya untuk bekerja di kebun tanteku, dua tahun pertama berjalan normal. Adi dititipkan oleh orang tuanya kepada nenekku, akhirnya dia juga bisa merasa sedikit apa yang kurasakan, aku semakin akrab dengannya, sering aku lihat dia menangis sedih karena tidak terbiasa pisah jauh oleh orang tuanya, namun ditahun berikutnya ia dibawa oleh orang tuannya ke kebun untuk sekolah dan menetap disana. Aku kehilangannya dan cuma bisa ketemu dengannya jika tante mengajakku main ke kebun, karena jarak dari kota Medan ke lokasi itu cukup jauh dan dikelilingi bukit terjal, sekitar 8 jam perjalanan memakai kendaraan pribadi. Tiap ketemu dia mengajakku bermain, berpetualang dan dia asik menceritakan kehidupan barunya disana, aku lupa dengan masalahku, aku senang dekat dengannya. Ternyata aku tidak bisa merasakan kebahagian lebih lama, hanya empat tahun aku bersamanya. Kudengar orang tuanya kini berpisah dan tidak lagi berkerja dengan tanteku, aku kehilangan jejaknya.

Aku tidak sempat mengucapkan perpisahan ketika aku hendak memulai hidup baru diluar kota, Jakarta yang kata orang tempat segala arah dan asa, salah satu kota sejuta impian. Aku kira aku akan lebih baik disini ketika ingin melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tiap tahun jika ada kesempatan untuk pulang ke Medan aku mencari tau dengan menanyakan ke beberapa teman terdekat untuk mengetahui keberadaanya. Namun hasil pencarianku nihil.

Adi dimana kamu ? Aku butuh teman cerita sepertimu.
Aku gak tau apakah kita nanti akan bertemu dan berteman layaknya dulu ? Seperti apa kamu sekarang.
Apakah kamu masih ingat pembicaraan berdua kita waktu bocah tempo lalu, ketika kamu beranjak ingin pergi meninggalkanku ? Aku masih ingat dengan jelas ucapan dan kenangan waktu itu. "mis, nanti kalau udah gede kita ketemu ya ?" ucapmu. Apakah itu hanya sebuah ucapan polos dari seorang bocah. Lalu aku pun membalas dengan jawaban "iya", aku menatap muka dan matamu yang berbinar.

Adi, aku kangen kamu !









Tidak ada komentar:

Posting Komentar